Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang multikultur. Banyak
tradisi dan adat yang terdapat dalam Jawa. di Jawa sendiri terdapat beberapa
bahasa, bahasa Jawa, Osing maupun bahasa Madura, dan tak terhitung jumlah
dialeknya.
Mengetahui Jawa dengan berbagai bahasa, di jawa juga terdapat mitos
yang masih dipercayai hingga detik ini. Mitos ini biasa disebut dengan Gugon
Tuhon. Pengertian Gugon Tuhon sendiri ialah perilaku-perilaku yang
kurang pantas dilakukan dan dipercaya akan mendatangkan kesialan jika
dilakukan. Umumnya istilah Gugon Tuhon ini beredar dari orang tua ke
anak-anak mereka, atau oleh guru ke muridnya. Maka, anak-anak diajarkan
beberapa hal yang lebih baik tidak dilakukan, meski kadang-kadang sulit
diterima akal sehat.
Kata gugon berasal dari kata gugu+an yang memiliki arti mudah sekali percaya pada perkataan orang lain atau dedongengan “cerita dongeng”. Sedangkan kata tuhon berasal dari kata tuhu+an yang memiliki arti nyata, setia, sifat yang mudah percaya. Gugon tuhon memiliki makna mudah percaya dengan sesuatu yang diceritakan atau didongengkan.
Kata gugon berasal dari kata gugu+an yang memiliki arti mudah sekali percaya pada perkataan orang lain atau dedongengan “cerita dongeng”. Sedangkan kata tuhon berasal dari kata tuhu+an yang memiliki arti nyata, setia, sifat yang mudah percaya. Gugon tuhon memiliki makna mudah percaya dengan sesuatu yang diceritakan atau didongengkan.
Gugon tuhan yang berisi tentang nasehat yang tersembunyi/baik
diantaranya adalah sebagai berikut;
1.
“Aja
ngidoni sumur, mengko guwing lambene”- memiliki arti jangan meludahi sumur,
nanti dikuatirkan akan sumbing bibirnya. Meludahi sumur aka sumbing bibirnya,
merupakan bentuk irasional/tidak logis. Sedangkan rasionalnya, ludah itu kotor,
dan air sumur yang baik harus dalam keadaan bersih yang berguna untuk memasak,
minum, mandi mencuci serta bersuci. Sehingga membutuhkan air yang bersih dan
suci. Apabila air sumur diludahi maka akan menjadi kotor dan tidak baik untuk
dipergunakan sehari-hari.
2.
“Aja
lungguh bantal, mengko bisa wudunen”- jangan duduk diatas bantal, karena
dikuatirkan akan bisulan. Secara irasional bantal yang diduduki karena
dikawatirkan akan bisulan, sedangkan rasionalnya bantal merupakan tempat untuk
meletakkan kepla ketika sedang tidur. Jika dipakai untuk pantat, hal itu
merupakan hal yang tidak sopan.
3.
“Aja
nyapu bengi, mengko dadi perawan tuo (nggak payu rabi)”- jangan menyapu di
malam hari, nanti jadi perawan tua atau istilahnya tidak akan segera menikah.
Secara rasional menyapu dimalam hari tidak ada hubungannya dengan tidak laku
untuk menikah, namun menyapu di malam hari memiliki makna menyapu di malam hari
membuat kotoran yang akan disapu tidak terlihat.
4.
“Nyapu
diendheg ana tengah lawang”-menyapu dihentikan ditengah pintu. Secara rasional,
pintu merupakan jalan untuk keluar dan masuk, apabila menyapu kemudian tidak
segera diselesaikan malah diberhentikan ditengah pintu akan menimbulkan
pandangan yang tidak sedap, selain itu juga rumah itu berkesan kotor.
5.
“Aja
mangan karo turu, mengko dadi ulo”-jangan makan sambil tiduran, nanti bisa jadi
ular. Pernyataan seperti itu tidak ada hubungannya sama sekali dan sangat
irasional. Rasionalnya, orang yang makan dengan
tidur tidak baik, karena nasi yang disendok bisa berjatuhan dan tempat
tidur menjadi kotor.
6.
“Nyapu
sing resik, mengko ndak bojone brewok”- kalau menyapu yang bersih jangan sampai
ada yang tertinggal kotorannya (brewok), nanti bisa mendapatkan suami yang
brewokan. Secara rasional, menyapu dengan masih meninggalkan kotoran (brewok)
meninggalkan rasa tidak enak, karena lantai tidak bersih dan terasa tidak kesat.
7.
“aja
ngoroti petelot pucuk ngisor lan nduwur, mengko ndak mati dadi pocong”- jangan
merauti pensil pada kedua ujungnya, nanti apabila mati akan jadi pocong.
Seacara rasional setiap orang yang mati, nantinya akan dipocongi. Sehingga hubungan antara pencil yang diraut dengan
model apapun tidak ada hubungannya dengan kematian.
8.
“aja
tuku lenga gas wayah udan”- jangan beli minyak tanah di saat hujan turun.
Secara mitologi, membeli minyak dengan turunnya hujan tidak ada hubungannya.
Secara rasional, membeli minyak tanah pada saat hujan turun kalau bisa
dihindari, sebab minyak tanah apabila bercampur dengan air nantinya tidak akan
berfungsi. Sehingga percuma dan membuang uang apabila membeli barang namun
tidak digunakan.
9.
“aja
dolanan beras, mengko ndak tangane kriting”-jangan mainan beras, nanti
jari-jari tangannya menjadi kriting. Secara rasional, mainan beras dengan
tangan kriting tidak ada hubungannya sama sekali. Beras merupakan bahan mentah
makanan pokok, apabila dibuat mainan merupakan hal yang tidak baik. Dalam kata
lain tidak sopan makanan dibuat makanan.
10.
“aja
mangan ana tengah dalan, mengko ndak ketampik jaka”- jangan makan di tengah
jalan, nanti bisa ditolak perjaka. Secara rasional, jalan adalah tempat untuk
berlalu lalang, sehingga apabila makan di tengah jalan merupakan hal yang tidak
baik, tidak sopan, dan tidak sedap dipandang mata.
11.
Mimpi
bertemu dengan ular - biasanya memiliki makna akan bertemu dengan jodoh ataupun
orang yang dikasih.
12.
Bermimpi
salah satu giginya copot- dalam beberapa lapisan masyarakat, bermimpi giginya
patah ataupun copot mempunyai isyarat bahwa salah satu anggota keluarganya akan
ada yang meninggal atau terkena musibah.
13.
Membalik
sapu lidi dan menancapkan bawang dan lombok pada ujungnya dan dihadapkan ke
atas, dalam beberapa masyarakat tertentu memiliki kepercayaan akan menolak
turunnya hujan.
14.
Menabrak
kucing-dalam kehidupan masyarakat hingga detik ini masih banyak yang
mempercayai bahwa menabrak kucing apalagi hingga mati apabila tidak dirawan dengan
cara yang benar akan mendatangkan musibah. Karena kucing merupakan salah satu
hewan yang dikeramatkan.
15.
“kupu
menclok ning omah”- kupu hinggap di rumah dipercaya memiliki makna akan
kedatangan tamu dirumah itu. Biasanya kupu itu menjadi isyarat bagi beberapa
masyarakat.
Sebenarnya larangan yang terdapat dalam gugon tuhon tersebut
bertujuan untuk ajaran yang baik (kawruh kang becik) agar tidak melakukan
tindakan yang melanggar norma atau pun melakukan tindakan yang dianggap tidak
sopan dan tabu. Dalam larangan-larangan tersebut terkandung nasehat yang baik
meskipun kadang tidak dapat dipikir secara logika.