Selasa, 28 Mei 2013

pranatacara "Khitanan"



Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi Rabbil’aalamiin. Assholatuwassalamu’alaa ashrofil anbiyaa iwalmursaliin, sayyidina wa maulana muhammadin wa ‘alaa alihi wa ashkhabihi ajma’in. Amma ba’du.
Almukarrom Rama Kyai Haji Agus Mu’adzin ingkang ndahat kinabekten.
Dhumateng lurah desa Babadan ingkang ndahat kinurmatan, sumawana sesepuh lan pinisepuh ingkang ndahat kinurmatan.
Saha bapa-ibu tamu undangan ingkang winantu ing suka basuki.
Alhamdulillahirabbil’aalamiin, sakderengipun mangga kula lan penjenengan sedaya ngaturaken raos syukur konjuk ing ngarsanipun gusti Alloh SWT, ingkang sampun maringi rahmat, taufiq, hidayah saha inayahipun saengga kula lan penjenengan sedaya saged kempal ing miwahan puniki, kanthi mboten wonten alangan satunggal menapa.
Boten kesupen, sholawat saha salam mugi tansah angaturaken dhumateng Nabi agung Muhammad SAW, ingkang tansah dipun antu-antu syafaatipun wonten ing yaumul qiyamah.
Sakderengipun acara kawiwitan, kula jejibahan jejer pranata cara ing miwahan syukuran khitanan ing dalu puniki, ngaturaken maturnuwun lan sugeng rawuh dhumateng para tamu sedaya. Salajengipun, kaparenga kula maosaken rantamaning adicara ingkang sampun rinunce kanthi mekaten
·         Pambuka
·         Waosan ayat suci al-quranulkarim
·         Atur pambagyaharja saking kaluwarga
·         Muidzoh Hasanah
·         Panutup
Sumangga, adicara ingkang kapisan, dipun bikak sesarengan kanthi waosan ayat suci Al-Quran. Alfatihah....
Aamiin ya rabbal ‘aalamiin. Adicara ingkang kaping kalih inggih punika waosan ayat suci alquranul karim, ingkang dipun tindhaaken mbak Hannah Masrurin. Dhumateng mbak Hannah Marsurin, Sumangga.
Maturunuwun dhumateng mbak Hannah Masrurin, dungkap adicara ingkang kaping tiga inggih punika atur pambagyaharja saking kaluwarga. Dhumateng pak Imam Badri, kawula sumanggaaken.
Maturnuwun dhumateng jejibahan, para tamu ingkang dahat kinurmatan, niku wau pambagyaharja saking pihak kaluwarga. Dungkap adicara ingkang kaping sekawan inggih punika mauidzoh hasanah ingkang InsyaAlloh dipun tindhaaken Rama Kyai Agus Muadzin. Dhumateng Rama kyai Haji Agus Muadzin, wekdal saha papan kawula sumanggaaken.
Maturnuwun dhumateng Rama Kyai, mugi kula lan panjenengan sedaya angsal barokah ilmunipun. Adicara salajengipun inggih punika adicara pungkasan. Ananging sakderengipun adicara dipun tutup, kula jejibahan pranatacara wonten mriki, menawi anggen kula nglantaraken adicara punika kathah kekiranganipun ingkang boten mranani wonten ing penggalih penjenengan sedaya, kula nyuwun agunging pangapunten. Maturnuwun.
Mangga adicara dipun tutup kanthi waosan tahmid sesarengan.
Cekap semanten atur kula.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh


Senin, 14 Januari 2013

Gugon Tuhon sebagai Tradisi Bangsa


Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang multikultur. Banyak tradisi dan adat yang terdapat dalam Jawa. di Jawa sendiri terdapat beberapa bahasa, bahasa Jawa, Osing maupun bahasa Madura, dan tak terhitung jumlah dialeknya.
Mengetahui Jawa dengan berbagai bahasa, di jawa juga terdapat mitos yang masih dipercayai hingga detik ini. Mitos ini biasa disebut dengan Gugon Tuhon. Pengertian Gugon Tuhon sendiri ialah perilaku-perilaku yang kurang pantas dilakukan dan dipercaya akan mendatangkan kesialan jika dilakukan. Umumnya istilah Gugon Tuhon ini beredar dari orang tua ke anak-anak mereka, atau oleh guru ke muridnya. Maka, anak-anak diajarkan beberapa hal yang lebih baik tidak dilakukan, meski kadang-kadang sulit diterima akal sehat.
Kata gugon berasal dari kata gugu+an yang memiliki arti mudah sekali percaya pada perkataan orang lain atau dedongengan “cerita dongeng”. Sedangkan kata tuhon berasal dari kata tuhu+an yang memiliki arti nyata, setia, sifat yang mudah percaya. Gugon tuhon memiliki makna mudah percaya dengan sesuatu yang diceritakan atau didongengkan.

Gugon tuhan yang berisi tentang nasehat yang tersembunyi/baik diantaranya adalah sebagai berikut;
1.      Aja ngidoni sumur, mengko guwing lambene”- memiliki arti jangan meludahi sumur, nanti dikuatirkan akan sumbing bibirnya. Meludahi sumur aka sumbing bibirnya, merupakan bentuk irasional/tidak logis. Sedangkan rasionalnya, ludah itu kotor, dan air sumur yang baik harus dalam keadaan bersih yang berguna untuk memasak, minum, mandi mencuci serta bersuci. Sehingga membutuhkan air yang bersih dan suci. Apabila air sumur diludahi maka akan menjadi kotor dan tidak baik untuk dipergunakan sehari-hari.
2.      Aja lungguh bantal, mengko bisa wudunen”- jangan duduk diatas bantal, karena dikuatirkan akan bisulan. Secara irasional bantal yang diduduki karena dikawatirkan akan bisulan, sedangkan rasionalnya bantal merupakan tempat untuk meletakkan kepla ketika sedang tidur. Jika dipakai untuk pantat, hal itu merupakan hal yang tidak sopan.
3.      Aja nyapu bengi, mengko dadi perawan tuo (nggak payu rabi)”- jangan menyapu di malam hari, nanti jadi perawan tua atau istilahnya tidak akan segera menikah. Secara rasional menyapu dimalam hari tidak ada hubungannya dengan tidak laku untuk menikah, namun menyapu di malam hari memiliki makna menyapu di malam hari membuat kotoran yang akan disapu tidak terlihat.
4.      Nyapu diendheg ana tengah lawang”-menyapu dihentikan ditengah pintu. Secara rasional, pintu merupakan jalan untuk keluar dan masuk, apabila menyapu kemudian tidak segera diselesaikan malah diberhentikan ditengah pintu akan menimbulkan pandangan yang tidak sedap, selain itu juga rumah itu berkesan kotor.
5.      Aja mangan karo turu, mengko dadi ulo”-jangan makan sambil tiduran, nanti bisa jadi ular. Pernyataan seperti itu tidak ada hubungannya sama sekali dan sangat irasional. Rasionalnya, orang yang makan dengan  tidur tidak baik, karena nasi yang disendok bisa berjatuhan dan tempat tidur menjadi kotor.
6.      Nyapu sing resik, mengko ndak bojone brewok”- kalau menyapu yang bersih jangan sampai ada yang tertinggal kotorannya (brewok), nanti bisa mendapatkan suami yang brewokan. Secara rasional, menyapu dengan masih meninggalkan kotoran (brewok) meninggalkan rasa tidak enak, karena lantai tidak bersih dan terasa tidak kesat.
7.      aja ngoroti petelot pucuk ngisor lan nduwur, mengko ndak mati dadi pocong”- jangan merauti pensil pada kedua ujungnya, nanti apabila mati akan jadi pocong. Seacara rasional setiap orang yang mati, nantinya akan dipocongi. Sehingga  hubungan antara pencil yang diraut dengan model apapun tidak ada hubungannya dengan kematian.
8.      aja tuku lenga gas wayah udan”- jangan beli minyak tanah di saat hujan turun. Secara mitologi, membeli minyak dengan turunnya hujan tidak ada hubungannya. Secara rasional, membeli minyak tanah pada saat hujan turun kalau bisa dihindari, sebab minyak tanah apabila bercampur dengan air nantinya tidak akan berfungsi. Sehingga percuma dan membuang uang apabila membeli barang namun tidak digunakan.
9.      aja dolanan beras, mengko ndak tangane kriting”-jangan mainan beras, nanti jari-jari tangannya menjadi kriting. Secara rasional, mainan beras dengan tangan kriting tidak ada hubungannya sama sekali. Beras merupakan bahan mentah makanan pokok, apabila dibuat mainan merupakan hal yang tidak baik. Dalam kata lain tidak sopan makanan dibuat makanan.
10.  aja mangan ana tengah dalan, mengko ndak ketampik jaka”- jangan makan di tengah jalan, nanti bisa ditolak perjaka. Secara rasional, jalan adalah tempat untuk berlalu lalang, sehingga apabila makan di tengah jalan merupakan hal yang tidak baik, tidak sopan, dan tidak sedap dipandang mata.
11.  Mimpi bertemu dengan ular - biasanya memiliki makna akan bertemu dengan jodoh ataupun orang yang dikasih.
12.  Bermimpi salah satu giginya copot- dalam beberapa lapisan masyarakat, bermimpi giginya patah ataupun copot mempunyai isyarat bahwa salah satu anggota keluarganya akan ada yang meninggal atau terkena musibah.
13.  Membalik sapu lidi dan menancapkan bawang dan lombok pada ujungnya dan dihadapkan ke atas, dalam beberapa masyarakat tertentu memiliki kepercayaan akan menolak turunnya hujan.
14.  Menabrak kucing-dalam kehidupan masyarakat hingga detik ini masih banyak yang mempercayai bahwa menabrak kucing apalagi hingga mati apabila tidak dirawan dengan cara yang benar akan mendatangkan musibah. Karena kucing merupakan salah satu hewan yang dikeramatkan.
15.  kupu menclok ning omah”- kupu hinggap di rumah dipercaya memiliki makna akan kedatangan tamu dirumah itu. Biasanya kupu itu menjadi isyarat bagi beberapa masyarakat.

Sebenarnya larangan yang terdapat dalam gugon tuhon tersebut bertujuan untuk ajaran yang baik (kawruh kang becik) agar tidak melakukan tindakan yang melanggar norma atau pun melakukan tindakan yang dianggap tidak sopan dan tabu. Dalam larangan-larangan tersebut terkandung nasehat yang baik meskipun kadang tidak dapat dipikir secara logika.